Abstraks
Apakah NLP itu ? Ilmu ini masih terbilang kurang berkembang di Indonesia, ini wajar sebab dikalangan Birokrasi saja masih banyak yang masih
awam dengan NLP ini dan belum banyak
orang Indonesia yang secara khsus mempelajari NLP. Namun, di kalangan
business motivator, para peminat pengembangan diri, ilmu ini sudah mulai
banyak dikenal dan digunakan untuk membentuk manusia unggul. Perilaku
seseorang, dalam hal ini perilaku sukses dangat ditentukan oleh syaraf
otaknya (neuro) dalam memprogram diri (otak) atau mempersepsikan diri
terhadap setiap manusia stimulus dari luar. Dengan bentuan bahasa, otak
mampu merumuskan setiap bentuk perilaku sukses. Dengan bahasa pula, otak
akan membuat sebuah program perilaku sukses:
Kata Kunci. Neuro Linguistik Program
A. Pendahuluan
NLP
bermula dari sebuah tesis seorang mahasiswa, Richard Bandler, dengan
profesornya, John Grinder, pada tahun tujuh puluhan. Bandler ingin
menjawab sebuah pertanyaan mendaras : mengapa (dalam bidang yang sama)
seseorang bisa sukses sementara yang lain tidak?
Dengan penelitian yang intens Bandler dan Grinder kemudian
membuahkan sebuah model perilaku sukses yang bisa ditranfer/ditiru oleh
orang-orang yang gagal. Perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku
sukses dangat ditentukan oleh syaraf otaknya (neuro) dalam memprogram
diri (otak) atau mempersepsikan diri terhadap setiap manusia stimulus
dari luar. Dengan bentuan bahasa, otak mampu merumuskan setiap bentuk
perilaku sukses. Dengan bahasa pula, otak akan membuat sebuah program
perilaku sukses: dari soal sikap positif meniru atau menduplukasi sampai
tindakan nyata. Itu sebabnya disebut Neuro-Lingusistic Programming.
Contoh, bila Anda menerima stimulus dari luar-cerita seorang sukses
misalnya-kemudian Anda tertarik dan otak Anda segera membuat program
diri untuk menirunya, dan membuat sejumlah program-program sukses,
itulah yang disebut neuro-linguistic programming (NLP).Dengan kata lain,
NLP berbicara tentang bagaimana saraf otak (neuro) membuat suatu
program perilaku tertentu (modelling) yang disebut internal programming
dan bagaimana program itu dapat diekpresikan dalam bentuk perilaku yang
disebut behavioural success.
Aktivitas otak pada dasarnya, adalah aktivitas mencatat, merekam, dan
mengolah seluruh informasi yang diterima dari lingkungannya melalui
pancaindra. Kehebatan otak adalah merekam apa saja yang kita dengar,
lihat, dan rasakan baik secara sadar maupun tidak sadar. Otak sadar Anda
(maaf) saat ini sedang konsentrasi membaca, tetapi tanpa disadari otak
anda (dalam waktu bersaaan) juga mencatat segala peristiwa disekitar
Anda (mungik deru mobil bila Anda membaca dijalan mungkin udara dingin
bila Anda membaca diruang ber-AC). Dengan demikian, tak terhingga
informasi yang tercatat dan terekam dalam pikiran sejak Anda masih orok
hingga saat ini. Semua rekaman peristiwa itu tersimpan diotak bawah
sadar (unconsiuous mind). Semua itu adalah potensi yang tak ternilai
harganya.
Kekayaan yang tersimpan dalam otak itu tidak ada manfaatnya kalau sang
otak sendiri tidak mau dan mampu membuat program perilaku sukses. Dasar
kerja otak adalah menunggu sang pemiliknya (Anda sendiri) untuk
membuatkan sebuah program yang menurut Anda dapat tercapai dan cocok
(ekologis). Siapa yang menyuruh otak Anda? Tidak lain adalah “intinya”
otak, yakni otak spiritual atau (SQ). Dalam islam dikenal dengan
kata-kata : “semua tergantung niatnya”.
NLP sebenarnya membantu mereka yang menginginkan sebuah paket besar
kehidupan disebut neurological program agar apa yang tersimpan didalam
otaknya (neuro) bisa didaya gunakan sedemikian rupa sehingga dirinya
berkembang.disinilah letaknya orang sukses dan belum suskes. Orang
sukses sudah terbiasa memprogram dirinya, sementara orang belum sukses
tidak tahu bagaimana caranya. NLP diciptakan untuk embantu mereka yang
ingin sukses.
Saat inim penggunaan NLP meluas diberbagai bidang. Di antaranya uantuk
pengembangan SDM, percepatan pembelajaran, bisnis, komunikasi efektif,
dan hipnosis. Bebrapa ahli NLP menganggap bahwa hipnosis merupakan cara
efektif untiuk memprogram ulang pikiran. Pegalaman menunjukan bahwa para
pengguna NLP mampu menggembangkan diri sesuai dengan “apa yang
tersimpan di dalam otaknya”.
Salah satu prinsip kerja NLP mengatakan bahwa pikiran ukan benda mati
yang tidak bisa didaur ulang; pikiran adalah sesuatu yang lentur, yang
bisa dibentuk menurut pemiliknya. Asalkan sipemilik setuju untuk itu.
Dan, hampir semua orang setuju untuk itu. Mana ada orang yang tidak
ingin pikirannya sehat, positif, dan sukses?
Inti NLP adalah membuang hambatan mental (pikiran), membuang virus-virus
negatif pikiran dan mereka yasa ulang pikiran itu agar sipemilik tidak
terjebak dlam sistem berpikir yang salah. Orang bilang, jangan sampai
kita terjebak dalam suatu jargon salah kaprah menjadi “benar kaprah”.
Mengutip pendapat Jennie S. Bev¹ dalam situs Pembelajaran.Com (Posting
24 Oktober, 2005), tentang salah kaprah.
“keyakinan yang bersumber dari sumber-sumber yang salah kaprah, namun
telah membentukkepribadian seseorang sedemikian dalamnya sehingga
re-setting mind sudah merupakan sesuatu yang almost impossible. Sebagai
contoh, mind set bahwa seorang istri adalah seorang ‘dependent’ alias
‘yang tergantung‘ sudah merupakan konsep yang kadaluarsa. Ketergantungan
emosional (sebagai mana pasangan suami istri dan sahabat karib)
bukanlah justifikasi yang benar untuk segala hal”.Salah pakrah yang
demikian contohnya pada seorang manusia yang kebetulan statusnya adalah
istri, yang hanya akan sampai pada determinasi: Manusia => Wanita
=> Istri => Ibu. Nasib wanita hanya sampai pada seorang ibu yang
dependent terhadap suaminya.
Bila mind set-nya pandanygan salah kaprah diubah, dengan NLP hasilnya
akan berbeda, jauh lebih baik: Manusia => Wanita => Berkarir =>
Berkarir di PT XYZ => Manajer => Punya Uang.
Dengan demikian, NLP akan banyak berbicara tentang bagaimana mengubah
mind set yang membelenggu diri sesorang. Pertama melalui pengenalan
siapa dirinya, ingin menjadi apa dan bagaimana memanfaatkan potensinya,
dan belenggu mental yang
B. NLP dan Perkembangannya
Beberapa sumber menyatakan bahwa mempelajari NLP mirip dengan
mempelajari manual otak manusia. NLP sering juga disebut people skill
technology atau psychology of excellence. Prinsipnya adalah bagaimana
mempelajari cara kerja otak agar seseorang bisa menjadi tuan dan bukan
menjadi budaknya.
Penggagas NLP-Richard Bandler, pakar matematika dan programming
komputer, dan John Grinder, profesor linguistik-merumuskan NLP sebagai
the study of subjective experience. Keduanya mengembangkan dasar-dasar
ilmu dan teknis penerapan sejak tahun 1970an.
Neuro merujuk pada otak atau pikiran dan bagaimana orang
mngorganisasikan kehidupan mentalnya. Linguistic tentang bahasa dan
bagaimana orang menggunakannya dalam kehidupan. Programming tentang
urutan proses mental yang berpengaruh pada perilaku dalam mencapai
tujuan dan bagaimana memodifikasinya.
Awalnya, pencipta NLP keahlian sejumlah pakar dan terapis ayang amat
sukses dibidangnya, misalnya Fritz Perls (Gestalt Psychotherapist),
Virginia Satir (terapis keluarga), Gregory Bateson (antropolog dan
sibernetik), dan Milton Erickson (hipnoterapis). Metode yang digunakan
untuk mempelajari keahlian ini disebut ilmu meniru (modelling). Setelah
bertahun-tahun memodel, keduanya berhasil mengembangkan teknik mental
yang sangat berguna bagi dunia terapi.
Dalam perkembangannya, NLP dipopulerkan oleh Anthony Robbins sehingga
dikenal di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Nama besar yang tercatat
menggunakan NLP untuk meraih kesukseskannya adalah Bill Clinton, Andre
Agasi, Lady Di, Nelson Mandela dan lain-lain.
Singkat cerita, dari dua tokoh pendiri itu selanjutnya berkembang
sejumlah “aliran” besar NLP dengan modifikasi dan sebutannya. Sejak
aliran Neuro Associative Conditioning (NAC) Anthony Robbins, New Code
NLP dari Grinder, hingga perkembangan NLP ke arah DHE (Desingn Human
Engineering) oleh Bandler yang menyebut alirannya sebagai Pure-NLP.
Selain itu, ada Michael Hall dan Bob Bodenhamer yang mengembangkan NLP
menjadi Neuro Semantics (NS) atau Meta-NLP. Yang terakhir ini biasanya
digolongkan dalam aliran akademis. Tokoh akademis NLP lainya adalah
pendiri NLP University (NLPU) Robert Dilst. NLPU yang berkedudukan di
California merupakan salah satu komunitas NLP terbesar dari ratusan
komunitas yang ada di dunia.
Jumlah pengembang NLP hingga kini kuran dari 100 orang. Selain nama yang
telah disebut ada juga Steve Andreas, Judith De/Lozier, Leslie Cameron
Bandler, Joseph O’Connors, John LaValle, dal lain-lain. Tujuan
membicarakan berbagai aliran NLP ini tidaklah dimaksudkan untuk
membandingkan mana yang terbaik, namun untuk menurut arah pengembangan
yang cenderung spesifik.
Saat ini saya lihat latar belakang pelatih NLP di Indonesia sangat
beragam, ada yang lulusan NLPU, ada yang murid langsung Bandler, dan ada
yang lulusan NAC. Selain itu, ada juga yang mengusung berbagai aliran.
NLP mulai dikenal luas di publik Indonesia sekitar tahun 2003. Saya
sendiri menggabungkan NLP dengan berbagai aliran hipnotisme secara
ekstensif. Ada lagi yang menggabungkan NLP dengan Mind Power yang tidak
jelas mengusung aliran mana.
Tentu saja masih ada individu lain yang saya tidak terlalu mengenalnya,
manum juga pelatih NLP. Mereka senua menawarkan program seninar atau
pelatihan ke publik berbentuk aplikasi NLP, dan ada yang menangani
permintaan dari perusahaan. Secara umum, permintaan training NLP ini
sedang dan akan terus meningkat pesat hingga beberapa tahun mendatang.
C. RE (Realitas External) dan RI (Realitas Internal)
Dalam NLP, yang terpenting adalah memahami soal model.
Penjelasannya melalui gambar manusia dan otaknya. Apapun yang masuk
kelima indra, baik lewaat hidung, mata, telingga, lidah, maupun tangan,
akan diubah menjadi sinyal listrik (biolistrik) ke sistem syaraf dan
dibawa ke otak. Fakta yang ada diluar diri disebut realitas ekternal
(RE), yang dalam istilah NLP disebut terriory.
Begitu masuk lewat indra, RE diubah manjadi realitas internal (RI) yang
dalam psikologi disebut persepsi atau sudut pandang, lain-lain. Contoh
telepon gengam (HP) ditangan saya. Saat melihat HP ini, yang terlintas
pada anda mungkin kata “jorok” karena keypad-nya sudah jelek. Sementara
saya berpikir ini HP kesayangan, kuno tapi masih enak dipakai.
RE-nya sama. Akan tetapi, cara kita merepresentasikan realita itu dalam
pikiran masing-masing yang berbeda. Itulah RI yang dalam istilah NLP
disebut map atau mental map atau peta pikiran. Jadi, saat disebut map
is not the territory, artinya adalah RI, bukan RE. Nah, ironisnya, dunia
psisikologi diawal perkembangannya (Psikoanalisis, Behviorisme, dan
lain-lain) gagal memahami hal ini. Bahwa manusia tidak bereaksi terhadap
RE, tapi bereaksi terhadap RI-nya sendiri. Baru psikologi mahzab
keempatlah yang memahami fenomena ini. Mahzab behaviorisme gagal disini.
NLP awalnya muncul karena merupakan reaksi terhadap behviorisme yang
menganggap manusia seolah tak punya daya/pilihan untuk memberikan
respons berbeda pada stimulus yang sama. Contoh lain, saya teruak “asu”
kepada anda. Realitanya Cuma ujaran satu kata itu. Akan tetapi, begitu
masuk pikiran bergantung pada Anda untuk mengartikannya. Kalau RI Anda
mengatakan Ronny guyon, Anda akan tertawa. Kalau RI Anda mengatakan, “Ke
orang lebih tua kok bilang begitu, kurang ajar!” Anda akan marah.
Marah tidaknya Anda berarti tidak bergantung pada ujaran “asu” tadi.
Namun, bergantung pada bagaimana Anda memaknai ucapan itu. Nah, ketika
RE diberi makna melalui proses tertentu, RE itu kemudian menjadi RI.
Jadi, map is not the territory, peta bukanlah yang sebenarnya atau RI
bukanlah RE. Sedihnya, manusia sering tidak menyadari bahwa mereka
sebenarnya bereaksi (berespons) terhadap RI, tapi mereka mengira reaksi
(respons) mereka adalah terhadap RE.
Dulu kita sering mendengar istilah “success is the mind game”, sukses
adalah permainan pikiran. Maksudnya it doesn’t matter with RE, yang
penting RI-nya sendiri. Apakah dengan memahami RE berarti sudah efektif?
Ini basic NLP. Kalau Anda ingin mengubah dunia, apa yang harus
dilakukan paling dulu? RI-nya, to. Begitu mengubah RI cara pandang Anda
terhadap dunia akan berubah.
Kebanyakan yang sakit jiwa adalah orang-orang yang selalu mengira RI-nya
adalah RE. Orang sehat seperti kita kadang sadar kadang engga kalu
orang gila bener-bener RI, dikira RE. Wong edan RI, dikira RE. Kalau
orang sukses adalah orang yang bisa memilih untuk membuat (menciptakan
pilihan) RI secara sadar terhadap suatu RE. Core NLP adalah menguasai
berbagai tools mengenai RI. Intinya nguplek-uplek RI milik sendiri atau
punya orang lain. Makanya, di buku NLP Vol. 1 Bandler menyebut bahwa NLP
adalah the study of subjectif experience atau NLP adalah kajian tentang
pengalaman subjektif atau RI.
Jadi, model NLP itu intinya Anda belajar mengusai penalaman subjektif
sehingga menjadi efektif dalam melihat dunia. Pikiran juda efektif
karena Anda menjadi master atau tuan atasnya Modelling itu meniru,
mengambil esensi excellency atau keunggulan orang atau diri sendiri agar
bisa direplikasi diwaktu dan tempat berbeda.
D. Perkakas Lain
Perkakas lain, misalnya klarifikasi, anchor, reframing, dan
metafor. Ada ratusan tools, teknik, atau pola-pola yang siap pakai. Nah,
kebanyakan orang Cuma belajar tools, tapi mengira sudah mengetahui NLP.
Diajari teknik presentasi dengan NLP, setelah itu malah mengklaim saya
sudah tahu NLP. Sedihnya kalu mereka gagal bilang NLP yang nggak jalan.
Ibaratnya orang yang baru membaca buku psikologi, terus merasa sudah
tahu psikologi. Kalau gagal, dia akan bilang “...alah, psikologinya
nggak jalan kok”. Padahal yang mereka ketahui sebenarnya hanya satu
teknik di psikologi.
Tools ini hanya hasil akhir paling praktis dan paling gampang dilihat.
Memang ini penting, tapi kalau itu saja yang dilihat terus menyimpulkan
“NLP tidak jalan”, itu kan sama saja bohong. Jika diibaratkan dibidang
teknik, orang yang seperti itu hanya jadi semacam tukang.
Apabila kita menguasai ilmu NLP, kita bisa menjadi orang yang mampu
menciptakan semua perkakas yang akan dipergunakan oleh para tukang.
Kalau hanya belajar toolsI, kita hanya jadi tukang batu atau tukang
kayu. Singkatnya, belajar NLP juga berarti belajar menciptakan perkakas
baru. Perbandingannya antara diberi pancing dan diberi ikan.
Esensi yang terpenting itu dan selebihnya merupakan sejumlah terminologi
dan teknik yang harus dengan cepat Anda kuasai. Saat belajar tools NLP,
orang juga sering bingung karena banyaknya istilah, seperti di disiplin
lain, yang satu sama lain kadang artinya bertabrakan atau malah tak
berhubungan sama sekali. Misalnya, anchor, yang artinya jangkar dipakai
sebagai istilah lain untuk picu. Istilah “through time” Time-Line
Therapy sering membuingungkan jika disejajarkan dengan istilah “in
time”, istilah “submodality” dalam NLP sering diperbandingkan dengan
“metamodality” dalam Neuro semantic, dan lain-lain.
E. Kaitannya dengan Proses Belajar
Saat anda belajar apapun, lumrahnya tanpa sadar Anda melalui empat
tahap. Unconscious-incompetent, kedua consious-incompetent, lalu
conscious-competent, dan terakhir Unconscious-incompetent.
Kalau tidak bisa nyetir, Anda tidak tahu apa tepatnya yang tidak bisa.
Anda tidak tahu apa yang Anda tidak mampu (Unconscious-incompetent).
Saat mulai belajar nyetir, anda akan dibilang harus begini-begitu lho
mindah gigi persneling, melihat kaca sepion, ngerem, dan lain-lain.
Akhirnya, Anda jadi sadar kalau tidak competent (conscious-incompetent).
Lantas, Anda belajar secara bertahap untuk bisa nyetir. Saat baru bisa
nyetir, Anda pasti akan ingat langkah demi langkah sejak menghidupkan
mesin nginjak kopling, dan masukin gigi. Inilah saatnya kita sadar kalu
kita mampu (conscious-incompetent), itu kan kondisi paling stress. Skill
yang conscious itu kan paling tidak enak. Apapun yang baru kita kuasai
kita harus mikir dulu, kagok sebelum melakukannya. Setelah itu
lama-lama menjadi Unconscious-incompetent, ilmu itu sudah dikuasai,
bahkan dibawah sadar. Jadi, sudah seperti otomatis dilakukan. Biasanya,
orang belajar melibatkan kesadaran (conscious), padahal goal-nya supaya
apa yang dipelajari bisa dilakukan secara Unconscious lagi. Nggak mau,
kan nyetir mobil, tapi conscious terus? Lewat NLP aatau hipnosis, tahap
belajar itu bisa diloncati, tampa melalui tahap dua dan tiga, tak
melibatkan kesadaran. Kan enak. Tahu-tahu kita bisa. Ini yang dinamakan
Unconscious installation, sekalipun dalam aliran NS-NLP kurang diakui.
NLP juga membantu orang untuk melakukan pemercepatan belajar
(accelerated learning), caranya dengan mengoptimalkan kelina indra
supaya terlibat sehingga kedua belahan otak juga terlibat menggunakan
anchor, mengupayakan state of mind tertentu (metastate, dan lain-lain),
menggunakan bahasa hipnosis, dan seterusnya. Jadi, accelerated learning
bukan hanya ilmu menggunakan music untuk mengiringi belajar accelerated
learning juga bisa berlaku saat belajar yang bersifat konseptual atau
ketrampilan/skill. Yang namanya skill dalam istilah NLP adalah mind to
body atau mind to muscle. Apa yang kita pikirkan sudah “membody” dan
masuk di “kesadaran” otot.
Nah, Unconscious juga mengelola accelerated learning bisa dikatakan
bahwa semua mekanisme ditubuh kita pada prinsipnya dikelola di
Unconscious. Tubuh kita kata orang seperti gunung es: 12% alam sadar,
88% alam bawah sadar. Oleh karena itu, teknik hipnosis bisa dimanfaatkan
secara optimal.
F. Kaitannya dengan Kemampuan Supranatural
Pertama, ada baiknya kita pilahkan dunia “ngelmu” dalam dua
katagori, yaitu olah Kekuatan Supranatural/Linuwih dan penggunaan
Kekuatan Pinjaman dari mahluk lain (dunia lelembut).
Nah, di sini kita hanya membahas yang pertama saja, ilmu-ilmu linuwih
itu. Ilmu tersebut biasanya diperoleh dengan suatu lelaku atau diberikan
oleh orang lain. Semua teknik menurut saya bisa dilihat dari “states
management” (mengelola kondisi pikiran). Dalam dunia “ngelmu” , cara
states management ini dilakukan melalui puasa mutih dan ritual lainya.
Dalam NLP, kita mengakses “STATES” ini dengan cara lain yang lebih
modern, misalnya dengan anchor, dan lain-lain. Di sini kita mulai
mengerti, kenapa NLP sering disebut “demistifying tools”.
Beberapa orang yang belajar NLP untuk mengolah kemampuan ini sering
salah paham, mengira NLP adalah “klenik” atau aliran “New Ages” belaka.
Suatu saat saya ingin mengumpulkan rekan-rekan yang suka klenik dan
penggemar mind-power untuk sehari khusus diskusi terarah. Sya sangat
yakin bahwa ilmu yang aneh-aneh itu akan terjelaskan dengan NLP dan bisa
diduplikasikan dengan lebih mudah. Misalnya, ada seorang teman yang
dulu saya anggap melakukan hal yang tidak masuk akal (linuwih). Namun,
sekarang kita bisa meniru beberapa kemampuannya tanpa menggunakan
ritual, mantra, atau puasa apa pun. Sebutlah seorang teman (paranormal)
yang membantu “menyembuhkan” orang dengan mempratikkan tenaga prana atau
tenaga dalam. Dibilang, awalnya dia Cuma membayangkan sosok Semar.
Ketika sudah terbanyang jelas dan dia merasa jadi Semar, tahu-tahu
kemampuan itu keluar dengan sendirinya.
Saat saya mencoba menerapkan pengalaman tersebut, ternyata saya tidak
bisa karena Semar bukan tokoh favorit yang berkamna apa pun bagi saya.
Setelah kita kaji, terlihat disini bahwa Semar itu hanyalah anchor atau
picu untuk membangkitkan stste of mind tertentu. Begitu dia membayangkan
Semar, dia bilang Semar itu menimbulkan state: rasa welas-asih yang tak
terbatas.
Berarti, saya harus mencari simbol lain yang lebih cocok. Suatu simbol
yang jika saya bayangkan akan meng-generate rasa “welas asih”. Bagi
saya, membayangkan anak sendiri atau orang tua saya justru akan
membangkitkan rasa di pikiran dan mental saya.
Sebagai contoh, dalam suatu kelas training NLP, saya menghipnosis 30
orang. Sebenarnya saya hanya bisa sedikit reiki, tapi tak bisa
membangkitkan (meng-attune) kemampuan itu pada orang lain. Namun, saat
mereka terhipnosis, dengan memberi insrtuksi untuk membayangkan aliran
energi ini-itu dan sebagainya, eh, malah tiba-tiba mereka bisa
menyalurkan reiki.
G. Hipnosis
Dalam memahami hipnosis, harus disadari bahwa yang “sakti” bukanlah si
penghipnosis. Yang “sakti” itu imajinasi orang-orang yang dihipnosis
karena berhasil berkonsentrasi dan membayangkan pembangkitan kemampuan
reikinya. Yang tidak berhasil mengimajinasikan, ya tidak bangkit.
Penghipnosis itu pada dasarnya cuma fasilitator. Saat saya menghipnosis
Anda, yang terjadi adalah saya memfasilitasi proses internal Anda.
Begitu proses berjalan, Anda menghipnosis diri Anda sendiri. Jadi, yang
namanya hipnosis itu tidak yang ada self hynotic. Saya memfasilitasi
proses internal Anda untuk sampai terhipnosis. Artinya tanpa saya pun,
Anda bisa menghipnosis diri sendiri. Dan, sekilas hipnosis itu memang
lebih mudah jika dibantu orang lain, melalui cara percaya pada orang
lain.
Itu berbeda dengan hipnosis sihir, yang jika ditowel atau ditepuk bisa
menghilangkan kesadaran (ilmu gendham). Yang kita bicarakan di NLP
adalah hipnosis yang merupakan kemampuan internal seseorang. Dalam hal
ini termasuk agar punya kemampuan yang dimiliki kaum linuwih yang
sebanarnya adalah soal cracking atau unlocking. Bagaimana nge-crack
“bakat” metafisikanya. Jadi, sebenarnya adalah mengetahui bagaimana
sesuatu itu diketahui polanya. Intinya itu. Begitu ketahuan polanya, ya
selesai. Semua orang bisa mempunya kemampuan metafisika itu. Itu sudah
banyak dibuktikan, misalnya dengan hipnosis dan karisma.
Soal fobia
Sekarang kita bicara tentang tools. Fobia itu apa? Fobia itu selalu
terjadi saat high atau peak emotion of ex[erience. Saat emosi berada di
titik puncak, visualnya atau auditorialnya melihat sesuatu dan terkunci
(locked). Contohnya, orang yang fobia dengan tikus. Rasa itutimbul
karena pada saat melihat, pengindraannya seperti terkunci pada objek
itu. Dalam istilah NLP, momen itu disebut V/K association atau visual
kinesthetic association. Stimulus visual menimbulkanreaksi kinetis tak
terkontrol atau kepanikan luar biasa. Kemudian kerita RE-nya (tikusnya)
sudah tidak ada, dikageti “Hi ...... tikus” saja, atau membayangkan
tikus saja, dia sudah ketakutan dan megap-megap. Jadi, membayangkan
tikus pun takut. Membayangkan itu letaknya di RI, kan. Begitu kita bisa
mengubah RI-nya tidak dengan nasihat, tapi dengan terapi reaksi
ketakutan itu berubah.
Ibaratnya komputer, begitu programnya diedit, di save, dan softwere-nya
di-upload ulang, programnya sudah berubah. Dari berbagai pelatihan bisa
diuji bahwa ternyata memori dalam pikiran itu ada warnyanya. Selama ini
kita jarang menyimak masalah ini. Biasanya, memori yang kurang penting
tidak penting disimpan dalam bentuk ingatan hitam-putih. Sedangkan
memori yang penting disimpan dalam modus berwarna. Setiap orang
berbeda-beda karena ada yang sebaliknya: yang tidak penting justru yang
berwarnya. Itu disebut blue print.
Orang fobia tikus, mempunyai memori yang berwarnya-warni dan
“associated”. Prinsip penyembuhan fobianyaadalah mengubah struktur
memorinya. Kalau gambaranya semula berwarna-warni, jadikan hitam-putih
sehingga menjadi tidak penting. Jika semula associated, ubahlah menjadi
dis-associated. Begitu pula sebaliknya.
Itulah mereprensentasikan bagaimana Anda mengorganisasi memori Anda.
Saat pengorganisasiannya diubah, sifat memorinya pun berubah. Tentu saja
harus dipermanenkan. Jadi, saat tikus dijadikan hitam-putih, warnanya
terus diberi anchor dan dipermanenkan. Begitu melek lagi, tikus jadi
bukan objek menakutkan. Itulah prinsipnya editing memori. Prinsip dasar
mengubah submodality ini terutama untuk menyembuhkan orang trauma yang
kalau dilakukan dengan benar akan mengubah reaksinya secara drastis.
Begitu pula pada orang yang ingin berhenti merokok. Caranya juga dengan
mengubah submodality memorinya.
Ini untuk bagian yang positif dan negatif karena semua memori punya
content dan konteks atau struktur. Fobia itu content-nya negatif, yaitu
cemas. Akan tetapi, konteks atau strukturnya positif. Positifnya: sekali
dilihat, ingat seumur hidup.
Masalahnya, yang dilihat selalu jelek.kalau content-nya diganti, bagaimana?
Nah, mekanisme photoreading adalah seperti kejadian fobia ini. Begitu
sebuah bukusudah dibaca, seumur hidup akan diingat. Enak banget karena
orang bisa ingat isi sebuah buku dari depan sampai belakang tanpa perlu
membacanya halaman demi halaman. Kenyataannya, memang ada orang
berkemampuan memori fotografis seperti ini. Belajar photoreading dengan
NLP adalah dengan cara memodel orang berkemampuan seperti memory-
photografic itu sehingga orang bisa juga akan bisa melakukannya tanpa
harus punya “bakat”.
Cara kerja Dua Pikiran dan NLP
Sebelum Anda melanjutkan membaca tulisan saya berikutnya, saya anjurakan
Anda memahami terlebih dahulu artikel ini dengan saksama karena
bersifat teoretis. Artikel ini akan memberikan kerangka pemikiran
tentang hubungan kerja pikiran sadar, pikiran bawah sadar, dan bagaimana
NLP berperan didalamnya.
Alur kerja bagaimana pikiran bekerja berdasarkan pemprograman alamiah
yang diilustrasikan oleh Adi W. Gunawan dan Arie Sandi Setyono (2005).
Berikut ini sangat membantu kita untuk memahami cara kerja pikiran.
Seperti terlihat pada diagram kerja berikut, bahwa memlalui sensorik
kita, yakni panca indra, kita menerima stimulus dari luar. Dari orang
tua berupa segala norma keluarga, larangan, dan perintah, dari guru
berupa pelajaran, kedisplinan,hukumam, dan ganjaran; dan dari media TV
berupa berbagai informasi dan hiburan, mulai dari sinetron Mak Lampir,
berita kriminal, hingga nasihat-nasihat pengajian. Semua itu masuk ke
dalam pikiran sadar kita.
Pikiran sadar kemudian memutuskan, mana yang perlu dan mana yang tidak
perlu masuk atau disimpan dalam pikiran dalam pikiran bawah sadar
(hardisk biokomputer). Informasi itu masuk melalui retucular activating
system (RAS) yang juga berfungsi sebagai filter masuknya informasi
kedalam bawah kita. Kelebaran lubang filter dipengaruhi oleh pemikiran
(kesadaran) dan emosi yang menyertainya. Semakin penting informasi itu
semakin lebar filter terbuka.
Muara terakhir dari pemrograman alamiah ini adalah pikiran bawah dasar.
Semua informasi dan peristiwa hidup mengendap di dalam pikiran bawah
sadar. Endapan informasi/peristiwa itu-melalui proses
berpikir-menghasilkan sebuah kepercayaan atau keyakinan. Pikiran bawah
sadar sebetulnya terdiri atas endapan-endapan peristiwa yang mengkristal
menjadi sebuah kepercaan/keyakinan.
Ibarat komputer, pikiran bawah sadar adalah harddisk yang menyimpan
berbagai file kepercayaan/keyakinan; dan RAS ibarat mouse-nya yang
berfungsi mengklik informasi mana yang boleh masuk dan file
kepercayaan/keyakinan mana yang akan digunakan. Pikiran bawah sadar
adalah gudangnya informasi yang tersimpan dalam bentuk file-file, yang
setiap saat dapat di klik sesuai behutuhan pemiliknya.
Kekayaan manusia sesungguhnya terletak di pikiran bawah sadarnya. Jutaan
file (keyakinan) berikut informasi detail yang menyertainya merupakan
sumber kekayaan yang tak ternilai harganya. Kemampuan kita untuk
memanfaatkannya akan sangat menentukan sukses atau tidaknya seseorang.
Pikiran bawah sadar dapat pula diibaratkan sebagai sebuah konstruksi
bangunan (rumah) yang tiang penyangganya adalah berbagai besi beton.
Semakin berkwalitas tiang penyangganya, semakin kokoh bangunan itu. Kita
adalah bangunan yang terdiri atas file-file kepercayaan/keyakinan,
semakin berkwalitas file-file yang kita miliki tanpa virus semakin baik
bangunan diri kita (konsep diri).
Cara kerja Dua Pikiran
Hubungan kerja antara dua pikiran (pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar) dapat saya tujukan seperti gambar berikut. Koordinasi atau kerja
sama dua pikiran itu dilakukan melalui sebuah “klep tutup buka”, seperti
mouse komputer, yang disebut RAS.
Gambar segitiga pikiran berikut memperlihatkan bahwa intelectual
quotient (IQ) sebagai pikiran sadar berada di puncak segi tiga yang
porsinya kurang lebih 12 persen. Sementara pikiran bawah sadar yakni
emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient ((SQ) memiliki porsi 88
persen dari total pikiran kita.
Dalam pikiran bawah sadar terdapat segitiga-segitiga kecil. Khusus pada
wilayah EQ ada yang berwarna putih (pisitif) dan ada yang berwarna hitam
(negatif). Jumlahnya tidak hanya satu dan dua, tetapi ribuan. Segitiga
inilah yang saya maksud “endapan informasi berupa sistem berupa system
kepercayaan/keyakinan. Inilah yang saya maksud file-file biokomputer.
Segitiga putih menunjukkan file positif dan segitiga hitam menunjukkan
file negatif (bervirus). Kualitas bangunan pikiran kita sangat
ditentukan oleh jumlah file positif yang kita miliki. Semakin banyak
file positif semakin berkualitas bangunan diri kita (konsep diri yang
positif). Sebaliknya, apabila terlalu banyak menyimpan file negatif,
rapuh pula diri kita (konsep diri yang negatif).Beerikut adalah contoh
file-file negatif dan positif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
kita sehari-hari.
sumber:
Oleh : Goto Kuswanto, SIP.MM - WIDYAISWARA MADYA KANTOR DIKLAT KABUPATEN BANYUMAS