Minggu, 10 Oktober 2010

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

Pengertian:

I. PERTUMBUHAN PENDUDUK
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Sedangkan secara harfiah, Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

  • Orang yang tinggal di daerah tersebut
  • Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Pertumbuhan penduduk di setiap negara akan berdampak pula terhadap pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan. Menurut Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang menangani masalah kependudukan melaporkan bahwa pada tahun 2003 jumlah penduduk dunia 6,3 milyar. Sebagaimana tergambar dalam grafik perkembangan penduduk di bawah ini :  
Berdasarkan grafik di atas perkembangan jumlah penduduk dunia yang sangat cepat ini akan menimbulkan ledakan penduduk.
Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population (1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan makanan bertambah menurut deret hitung ”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal ini pun membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.

a. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
1. Jumlah pengangguran semakin meningkat
2. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
3. Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
4. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
5. Tingkat kemiskinan semakin meningkat 

b. Usaha mengatasi Ledakan Penduduk antara lain :

1. Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi
2. Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
3. Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4. Melaksanakan program transmigrasi
5. Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana
(sumber: http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=188&fname=materi3.html)

Faktor-faktor Demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk:

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata:
- demos, yang artinya rakyat/penduduk
- grafein, yang artinya menulis.

Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
Berikut adalah rumus-rumus yang berhubungan dengan kependudukan:
1. Rumus Kematian:
    a. Rumus Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR):    Adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian setiap 1000 penduduk per tahun

                   D
CDR =  --- x k
           P
D = jml kematian selama suatu periode (1 tahun)
P = jml penduduk pertengahan periode (tahun)
k = konstanta = 1000

     2. Rumus Tingkat Kematian Khusus (Age Specific Death Rate/ASDR):
    Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian dari 1000 penduduk usia tertentu dalam waktu setahun.

                     Dx
ASDR =  --- x k
            Px
Dx = jml kematian kelompok usia x tahun
Px = jml penduduk x tahun
k = konstanta = 1000

2. Rumus Kelahiran 
    a. Rumus Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
    Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahun) per 1000 penduduk pada periode yg sama.

                B
CBR  =  ---- x k
               P
B = jml kelahiran selama suatu periode (1 tahun)
P = jml penduduk pertengahan periode (tahun)
k = konstanta = 1000 
   
    b. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate = GFR)
    Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahunan) per 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun pertengahan tahun periode/tahun yg sama.

                 B
GFR  =  ---------- x k
               Pf 15-49
B   = jml kelahiran selama suatu periode (1 tahun)
Pf 15-49  = jml perempuan 15-49 th pertengahan tahun
k   = konstanta = 1000

Adapun karena faktor-faktor diatas sehingga menyebabkan pendudukan melakukan Migrasi;
Migrasi Adalah Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain didalam negeri maupun dari suatu negara ke negara lain untuk menetap, baik secara perorangan, kaluarga maupun kelompok.
Macam-macam Migrasi:
  1. Migrasi Masuk: masuknya penduduk ke suatu daerah dg tujuan menetap
  2. Migrasi Keluar: keluarnya penduduk dari suatu daerah asal ke suatu daerah tujuan untuk menetap
  3. Migrasi Neto: selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar
  4. Migrasi Bruto: jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
  5. Migrasi semasa hidup: migrasi berdasarkan tempat kelahiran
  6. Migrasi risen: migrasi berdasarkan tempat tinggal lima tahun yang lalu
Proses migrasi internal dan internasional terjadi sebagai suatu reaksi dari berbagai perbedaan antara daerah asal dan daerah tujuan.
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial dan lingkungan baik pada level individu maupun komunitas. Beberapa studi migrasi mengindikasikan bahwa migrasi terjadi terutama disebabkan oleh alasan ekonomi, yaitu untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih tinggi.
Maka dapat ditegaskan bahwa migrasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. (sumber: http://www.damandiri.or.id/file/safridaipbbab3.pdf)

 
Dampak Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.

a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
- Dampak Positif Imigrasi

1.
2.
3.
4.
Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa

- Dampak Positif Emigrasi

1.
2.

3.
Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing
Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya
Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain

b. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
- Dampak Positif Transmigrasi

1.
2.
3.
4.
5.
Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya
Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain
Dapat mempercepat pemerataan persebaran penduduk

- Dampak Positif Urbanisasi

1.
2.
3.
4.
5.
Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
Mengurangi jumlah pengangguran di desa
Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
Perekonomian di kota semakin berkembang

c. Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
- Dampak Negatif Imigrasi

1.
2.
Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.

- Dampak Negatif Emigrasi

1.
2.
Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.

d. Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
- Dampak Negatif Transmigrasi

1.
2.
Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran
Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya

-

Dampak Negatif Urbanisasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
Produktivitas pertanian di desa menurun
Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
Meningkatnya pengangguran di kota
Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Tiga Jenis Struktur Penduduk bisa digambarkan dengan Piramida dibawah ini:


1. Piramida Penduduk Muda
Piramida ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian.

Bentuk ini umumnya kita jumpai pada negara-negara yang sedang berkembang.
Misalnya : India, Brazilia, Indonesia.

2. Piramida Stationer
Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi.
Piramida penduduk yang terbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda,
Skandinavia.



3. Piramida Penduduk Tua
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali.
Apabila angka kelahiran jenis pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk.
Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia, Prancis.



Rasio Ketergantungan
Konsep
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. 

Definisi
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
  • Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun.
  • Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun 
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Cara Menghitung
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan  jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rumus



  


Dimana
RKTotal  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua
RKMuda  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda
RKTua  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
P(0-14)  = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P(65+)  = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
P(15-64)  = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)
Contoh
Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).  
Tabel 1  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000 
Kel. Umur 
Jumlah Penduduk 
0-14
63 206 000
15-64
13 3057 000
65+
9 580 000
Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut.  
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan  Total  Tahun 2000
Keterangan
Rasio Ketergantungan
RKTot
54,7
RKMuda
47,0
RKTua
7,2



Interpretasi
Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.
  
II. KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN
Berbagai penelitian antropologi budaya menunjukkan bahwa terdapat korelasi di antara corak kebudayaan dengan corak kepribadian anggota masyarakat. Opini umum juga menyatakan bahwa kebudayaan suatu bangsa adalah cermin kepribadian bangsa yang bersangkutan. Sebaliknya, segala corak yang berbeda dari corak kebudayaan mereka dianggap aneh/bertentangan dengan kodrat alam. Contoh : Di Indonesia pada umumnya seorang wanita hamil tidak mempunyai suami ia adalah seorang profil yang melanggar adapt kebiasaan suatu keluarga. Sebab ia telah melanggarnorma-norma yang berlaku. Ciri khas kebudayaan suatu bangsa dalam bentuk lain dapat diamati dalam macam ragam karya budayanya. Misalnya dari seni tari, senipahat, dan seni ukir. Indonesia memiliki kebinekaan dalam hal bahasa dan adapt istiadat.
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia.

1. Zaman Batu-Zaman Logam

Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesia mulai dari zaman batu sampai zaman logam sesungguhnya berliku-liku ternyata bahwa zaman batu itu pun terbagi dalam dua zaman :
2. Zaman batu tua
Alat-alat batu pada zaman batu tua baik bentuk atau pun permukaan peralatan masih kasar-kasar, misalnya kapak genggam. Kapak genggam semacam ini kita kenal dari Eropa, Afrika, Asia Tengah sampai Punjab (India). Tapi kapak genggam semacam ini tidak didapati orang di Asia Tenggara. Berdasarkan para ahli prehistori bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari China Selatan lebih lanjut menyebar ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan Barat. Kapak-kapak batu serupa itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai kayu dengan rotan.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Zaman ini benar-benar membawa revolusi bagi kehidupan manusia pada zaman ini mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa manusia-manusia zaman batu muda itu telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor atau mencairkan logam dari biji besi, oleh karena itulah mereka mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-alat lain yang mereka perlukan.

B. Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam.


1. Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada abad ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya pulau Jawa. Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap, sekitar abad ke-5 ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke pulau Jawa. Ajaran agama Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju daripada Hinduisme sebab Budhisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat, walaupun demikian agama-agama tersebut tumbuh dan berdampingan secara damai. Penganut Hinduisme dan Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan dan arsitektur, contohnya seni pahat, seni ukir, maupun seni sastra seperti tercermin dalam bangunan relief-relief yang diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah dan di Jawa Timur, contohnya : Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar dan termegah di Asia Tenggara bahkan termasuk keajaiban dunia.
2. Kebudayaan Islam
Pada abad ke-15 dan ke-16, agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para pemuka Islam yang disebut WaliSongo. Titik sentral penyebaran agama Islam pada abad itu berada di Pulau Jawa. Pada abad ke-15 ketika kerajaan Majapahit mulai surut berkembanglah Negara negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan kewibawaan majapahit yang berpusat di pedalaman. Negara-negara yang dimaksud Negara Malaka di Semenanjung Malaka, dikendalikan oleh pedagang kaya dan golongan bangsawan. Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi penganut sebagian besar penduduk Indonesia.

III. KEBUDAYAAN BARAT
(sumber: http://wapedia.mobi/id/Budaya_Barat)

Budaya Barat (kadang-kadang disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban Eropa), mengacu pada budaya yang berasal Eropa.
Istilah "budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi. Secara spesifik, istilah budaya Barat dapat ditujukan terhadap:
Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat.[1] Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan Australasia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.[2][3]
Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat moderen, antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari globalisasi dan migrasi manusia.

footer:
1. Duran 1995, hlm.81 
2. http://www.metmuseum.org/toah/ht/04/euw/ht04euw.htm
3. Jerzy Kłoczowski, Actualité des grandes traditions de la cohabitation et du dialogue des cultures en Europe du Centre-Est, dalam: L'héritage historique de la Res Publica de Plusieurs Nations, Lublin 2004, hlm. 29-30

1 komentar: